Sabtu, 06 Desember 2008
IMUNISASI BUKAN VAKSINASI !
Buletin BRC :: Kita semua mungkin berpandangan bahwa 'imunisasi' (baca :
vaksinasi) adalah barang wajib. Bukan orang tua yang baik kalau tidak
mengimunisasi anak secara lengkap. Selama ini masyarakat hanya mendapat
informasi dari satu sisi yang cenderung sangat positif.
Di awal, saya sengaja menulis kata imunisasi dalam tanda kutip, untuk
menegaskan perbedaan mendasar antara imunisasi dengan vaksinasi.
Imunisasi adalah upaya merangsang penguatan sistem imunitas (kekebalan)
tubuh. Sementara vaksinasi hanyalah salah satu usaha melakukan imunisasi
dengan cara memasukan vaksn (kuman penyakit yang sudah dilemahkan) ke
dalam tubuh.
Sebuah majalah terbit komunitas muslim di Amerika, Al Jumuah volume 14
mengupas masalah imunitas dari sudut pandang yang berbeda yang ditulis
Dr. Aisha Hamdan. Segala hal positif yang selama ini dipahami masyarakat
tentang imunisasi, dinyatakan Aisha adalah mitos. Aisha mengemukakan
pandangannya itu dengan banyak data dan kasus.
Australia termauk Negara yang tidak mewajibkan warganya imunisasi. Hanya
setengah warga Australia yang mau menerima imunisasi, Kemungkinan sakit
kelompok uyan menerima imunisasi dengan kelompok yang menolak imunisasi
di tempat yang sama, tidak berbeda.
Dalam kasus dipteri meski imunisasi berjalan, kasus dipteri di Prancis
naik 30 persen, di Hungaria naik 55 persen, bahkan di Jenewa (Swiss),
naik hingga tiga kali lipat. Belum lagi imunisasi pertusis (batuk
rejan). Tingkat efektivitas imunisasi tersebut hanya 50 persen. Kasus
yang terjadi di Kansas (Amerika) menunjukan 90 persen penderita batuk
rejan adalah orang yang sudah diimunisasi pertusis.
Sebuah lembaga pengembangan sains di Inggris mencatat bahwa penyakit
anak di Negara tersebut bisa mencapai 90 persen pada periode 1850-1940.
Ini terjadi jauh sebelum imunisasi dikenalkan secara massal. Singkatnya
imunisasi bukan perangkat yang lengkap untuk mengamankan anak balita.
Sebaliknya, program tersebut justru menjadi bahaya tersendiri bagi
balita.Pada tahun 1986, Kongres Amerika membuat The National Childhood
Vaccine Injury Act (Peraturan untuk anak-anak korban imunisasi). Laporan
itu diyakini belum mencerminkan kondisi nyata di negeri Paman Sam itu,
Estimasi lapangan menyatakan bahwa sebenarnya, anak yang menjadi korban
imunisasi bisa mencapai 120 ribu pertahun.
Aturan soal imunisasi yang dibuat kongres mewajibkan Negara untuk
membayar 25o ribu dolar AS kepada keluarga yang bayinya meninggal kerena
pengaruh imunisasi. Sedangkan bayi yang mengalami gangguan otak karena
imunisasi , harus dikompensasi dengan uang jutaaan dolar AS.
Pada 1997 dilaporkan Al Jumuah,lebih dari 802 juta dollar AS dana yang
harus diberikan kepada para korban imunisasi bisa mencapai 1,7 miliar
dolar.
Lebih berbahaya lagi, ternyata dalam vaksin yang disuntikkan melalui
imnisasi terkandung bahan-bahan kimia yang dampaknya bisa berbahaya,
Pada dasarnya vaksn mengandung virus dan bakteri mati, komponen-komponen
kuman, ekstrak racun atau organisme hidup yang keganasanyya telah
dilemahkan. Untuk merangsang reaksi imun yang kuat terhadap
organisme-organisme tersebut, pabrik obat menambahkan bahan-bahan
perangsang kekebalan seperti squalene, alumunium, lipopolysachararide
dll. yang disebut sebagai immune adjuvants.
Kombinasi dari adjuvant dengan orgasnisme yang bersangkutan memicu suatu
respons imun (kekebalan) oleh tubuh, mirip seperti yang terjadi pada
infeksi alami, kecuali satu perbedaan besar. Yaitu hampir tidak ada
penyakit-penyakit tersebutt memasuki tubuh melalui injeksi. Umumnya
masuk melalui selaput lender hidung, mulut, saluran napas, atau saluran
cerna. Akibatnya , suntikan vaksin justru menghasilkan system imun yang
abnormal.Celakanya lagi, immune adjuvants ini menimbulkan stimulasi
dalam kurun waktu yang panjang, yang justru berpotensi menimbulkan
kerusakan sel-sel tubuh.
Belum lagi sampai saat ini bahan-bahan vaksin maupun proses produksinya
belum bisa dijamin kehalalannya. Seperti dilansir majalah Suara
Hidayatullah edisi September 2007 , seluruh vaksin yang beredar di dunia
saat ini , termasuk vaksin miningtis yang diberikan kepada seliruh
jemaah haji, menggunakan bahan haram dalam pembuatannya. Diantaranya
enzim babi, ginjal kera, ginjal babi, hingga janin bayi hasil aborsi.
(Masya Allah..)
Direktur Pemasaran PT Bio Farma, pabrik vaksin terbesar di Indonesia,
Sarimuddin Sulaeman mengatakan, Bio Farma sebenarnya telah mengusahakan
pengganti tripsin babi sejak tahun 2006. Namun penelitian ini memakan
waktu setidaknya tiga tahun, hingga untuk sementara tripsin tersebut
masih tetap digunakan.
Imunisasi Ala Islam
Islam telah mengajarkan agar ibu-ibu menyusui bayinya hingga 2 tahun
penuh (Al Baqarah:233). Penelitian modern telah membuktikan bahwa ASI
adalah makanan terbaik di dunia. Kandungan gizi di dalamnya sangat
efektif untuk membantu tubuh membangun system imun yang optimal.
Departemen Kesehatan Amerika Serikat menganjurkan ibu-ibu untuk
memberikan ASI eksklisif hingga 6 bulan, sementara di Indonesia sendiri
dianjurlan serupa hanya untuk 4 bulan, Rasulullah saw juga biasa
melakukan tahnik pada bayi. Tahnik adalah mengunyah makanan hingga
halus, biasa kurma, kemudian disuapkan kepada bayi,, Ini dijelaskan
dalam hadits Bukhari-Muslim.Orang sering salah interpretasi mengenai
tahnik ini, bahkan dicurigai sebagai sarana penularan penyakit dari
orang tua kepada anak. Padahal ini justru sebuah upaya memperkenalkan
bayi pada berbagai potensi penyakit dari luar. Betul bahwa orang tua
sang bayi mungkin mengidap berbagai macam penyakit. Dan jangan lupa
bahwa air liur juga bagian dari system imun kita. Nah, informasi
(database) penyakit dalam air liur orang tua bersama kuman-kuman yang
tentunya juga sudah lemah karena bercampur dengan air liur itulah yang
masuk ke tubuh sang bayi melalui mekanisme alamiah (bukan suntikan). Dan
ini memberikan stimulasi bagi tubuh bayi untuk mengupdate system
imunnya.
Bekam sebagai Imunisasi Alamiah
Rasulullah telah mengajarkan bahwa salah satu dari tiga kunci kesehatan
(asy Syifa’) adalah konsiste melakukan hijamah/ bekam. Menarik untuk
dikaji, bahwa ternyata mekanisme kerja bekam sangat mirip dengan
vaksinasi, dengan meninggalkan segala efek negatifnya.Bekam sebenarnya
adalah usaha membuat kerusakan mikrosirkulasi yang disengaja. Tubuh akan
berespon dengan mengawali munculnya peningkatan aktivitas system imun,
baik yang berupa cairan (humoral) maupun yang berupa sel (seluler).
Dengan perantara kimiawi seperi interleukin 1 dan 6 serta TNF alfa,
system imun akan bekerja dan mempergiat proses perondaan, sehingga
secara otomatis akan terjadi optimalisasi system imun.Berbeda dengan
vaksinasi, imunisasi melaui bekam ini lebih universal, tidak spesifik
pada satu atau beberapa penyakit saja. Artinya sekali melakukan bekam,
imunitas akan dihasilkan untuk semua jenis penyakit. Meski imunitas
spesifik juga dapat dihasilkan jika bekam dilakukan pada kondisi
tertentu.Jika proses bekam ini dilakukan pada saat seseorang terkena
atau terinfeksi virus, maka proses imun spesifik terhadap virus ini akan
bekerja dengan lebih optimal. Jika seseorang menderita penyakit kanker.
Maka system imun seluler yang bertugas untuk mengeliminir atau
memusnahkan sel-sel kanker yang ganas akan bekerja pula dengan optimal.
Jika proses bekam dilakukan pada seorang penderita penyakit jantung
koroner, maka adanya faktor anti penggumpalan keping darah (trombosit)
akan mengurangi resiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah koroner.
Menariknya lagi, stimulasi imunitas yang dihasilkan melalui mekanisme
bekam bersifat temporer atau sementara. Ini sangat bermanfaat untuk
mencegah hiperimunitas yang berpotensi menimbulkan kerusakan berlebihan
pada sel-sel tubuh, seperti yang banyak terjadi “imunisasi”
konvensional.Namun, hal ini juga menjadikan efektifitas bekam akan
berkurang bila tidak dilakukan secara rutin. Oleh karenanya, Rasulullah
pun menganjurkan agar bekam ini dilakukan sebulan sekali utnuk
pencegahan berbagai macam penyakit. Apalagi jika didukung dengan
konsumsi madu serta herbal-herbal berkhasiat obat yang juga banyak
disabdakan Rasulullah saw. Ternyata, jika kita memahami bagaimana hidup
sehat secara islam, tidak ada lagi buah simalakama.
wallaahu a'lam
Source : Buletin BRC Bandung (Bekam Ruqyah Center Bandung)Kesimpulan :
Vaksinasi maupun imunisasi sampai saat ini masih merupakan hal yang sangat dianjurkan oleh kalanga medis karena terbukti mampu mencegah berbagai macam penyakit berbahaya. Jutaan orang selamat karena melakukan vaksinasi. Penelitian dari bidang ilmu kedokteran pun sudah banyak dilakukan.
Nantikan tulisan selanjutnya mengenai berbagai macam imunisasi dan vaksinasi!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar