Jumat, 25 Mei 2012

Bu Endang : Menkes Bersahaja, Penuh Karya Bermakna

 By : ISMKMI

Menteri Kesehatan Republik Indonesia non aktif dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DR.PH lahir 57 tahun lalu di Jakarta pada 1 Februari 1955. Beliau memperoleh gelar sarjana pada tahun 1979 adalah lulusan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selepas bergelar dokter, Bu Endang melanjutkan pendidikan dengan spesialisasi Kesehatan Masyarakat pada Harvard School of Public Health di Boston Amerika Serikat dan lulus tahun 1992. Program doktor pun dambil dari kampus dan bidang yang sama sehingga meraih gelar Dr.PH pada tahun 1997.
Karir beliau diawali dengan menjadi dokter di Rumah Sakit Pertamina Jakarta pada tahun 1979 – 1980. Tiga tahun berikutnya, 1980-1983 Bu Endang mengabdikan diri sebagai Kepala Puskesmas di desa terpencil Waipare, Nusa Tenggara Timur.  ”Waktu itu belum ada listrik, tapi karena suka baca tetap membaca buku dalam keadaan gelap, sampai mata pedas,” kata Bu Endang saat mengadakan kunjungan ke Waipare setelah menjadi menteri. Semasa di Waipare, beliau juga seringkali tidak dibayar dengan uang, tapi dengan hasil bumi, ikan, telur atau ayam. “Jadi kami tidak pernah kekurangan makan,” kata beliau di hadapan mantan mitra kerjanya semasa bekerja di puskesmas dan penduduk sekitar puskesmas saat kunjungan itu.
Masa-masa di Waipare bagi Bu Endang bukanlah masa yang mudah. Beliau harus menjangkau desa-desa di wilayah kerja puskesmas yang jaraknya jauh. Kehidupan sulit pun dijalaninya. “Saya sedang punya bayi. Air sulit sekali, jadi kami minum dari tampungan air hujan. Bahkan pernah juga minum air dari gedebong pisang, rasanya sepat,” kata ibu dari tiga anak itu. Namun orang-orang kampung Waipare yang baik-baik membuatnya tinggal di wilayah tersebut selama tiga tahun bertugas. “Walaupun saya sudah jadi menteri dan sekarang tinggal jauh dari sini tapi saya masih orang Sikka, hati saya tetap ada di Sikka,” katanya. Beliaupun dianggap sebagai Putri Sikka kelahiran Jawa oleh masyarakat Waipare.
Tahun 1983, Bu Endang kembali ke Jakarta untuk ditempatkan sebagai pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI. Tugas tersebut berlangsung 14 tahun diantara kantor, puskesmas, rumah sakit, pasien dan buku. Bu Endang memang penggemar membaca buku. Diantara bekerja di Dinas Kesehatan DKI inilah beliau terbang ke negeri Paman Sam untuk melanjutkan program Magister dan sekaligus menuntaskan program doktoral.
Selesai mendapat gelar Dr.PH, pada tahun 1997, beliau bergabung dengan Badan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan Litbangkes) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Beliau bekerja sebagai peneliti di Pusat Penelitian Pengendalian dan Pengembangan Program Penyakit , NIHRD untuk lebih dari satu dekade. Beliau pun berkarir di luar Indonesia dengan menjabat sebagai penasihat teknis pada Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di kantor pusar WHO di Geneva, Swiss, tahun 1997-2006.
Sekembalinya ke Indonesia, beliau berkarir di Kementerian Kesehatan dan dipercaya sebagai Koordinator Riset Avian Influensa. Karirnya di bidang penelitian sempat cemerlang setelah ditunjuk mantan Menkes Bu Siti Fadilah Supari menjadi Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi pada 26 Januari 2007 setelah sebelumnya hanya menjadi Peneliti Madya. Tapi oleh Ibu Siti Fadilah Supari juga, jabatannya sebagai Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi dicopot dan ia turun lagi menjadi peneliti Madya pada 24 Juli 2008. Namun akhirnya naik lagi menjadi Peneliti Utama pada Puslitbang Biro Medis dan Farmasi pada 1 Agustus 2008.
Pada 22 Oktober 2009, secara mengagetkan publik, beliau diangkat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu jilid Dua. Tidak hanya mengagetkan karena nama beliau muncul kurang dari 24 jam sebelum pengumuman kabinet tapi juga beliau hanya seorang Peneliti Utama di Kemenkes yang kemudian ditunjuk sebagai menjadi Menteri Kesehatan menggantikan mantan bosnya Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP (K).
Namun dokter yang ahli di bidang kesehatan masyarakat ini mampu menunjukkan ke publik bahwa beliau brilian sebagai seorang Menteri Kesahatan. Semasa jabatan yang hanya dalam hitungan singkat yaitu 2,5 tahun, beliau sudah mempunyai banyak karya.
Berikut beberapa karya brilian Bu Endang selama menjadi Menteri Kesehatan, seperti dikutip dari berbagai sumber :
JAMPERSAL. Pada masa jabatannya Bu Endang telah berhasil memberlakukan Jampersal (jaminan persalinan) yang membuat ibu melahirkan dari keluarga tak mampu bisa bersalin gratis dengan imbalan mau ikut KB.
PP ASI EKSKLUSIF. Bu Endang mewajibkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang dikuatkan dalam Peraturan Pemerintah, melarang iklan dan tenaga medis menyebarkan pemberian susu formula, mewajibkan perkantoran untuk membuat ruang menyusui.
FOKUS FLU BURUNG. Wabah flu burung memang tidak dapat di prediksi di Indonesia, terkadang surut atau malah sebaliknya. Karenanya saat masih menjabat sebagai Menkes, beliau fokus pada masalah penyakit flu burung yang sewaktu-waktu bisa mewabah lagi di Indonesia.Tenaga medis baik di rumah sakit, bandara maupun pelabuhan dilatih untuk bisa menangani kasus flu burung. Rumah sakit utama di daerah kini juga sudah memiliki ruang isolasi flu burung.
PENCAPAIAN MDG’s. Tak hanya itu, Bu Endang Rahayu Sedyaningsih juga tetap concern terhadap penyakit dasar seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Malaria, kaki gajah, agar Indonesia bisa mencapai target MDG’s. Begitu juga dengan penyakit HIV AIDS dan penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker atau penyakit langka Guillain barre syndrome (GBS) mendapat bantuan untuk pengobatan gratis atau dengan subsidi. Beliau juga telah membangun rumah sakit pertama yang khusus melayani pasien yang kurang mampu dan meningkatkan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target tujuan pembangunan millennium (MDGs).
RESOLUSI VIRUS. Di forum internasional, Bu Endang berhasil membuat angota WHO menyepakati resolusi virus sharing yang diperjuangkan Indonesia sejak 2007. Dalam sidang WHO yang berlangsung 16 Mei 2011 itu, negara-negara anggota WHO telah menetapkan kerangka kerjasama multilateral dalam mekanisme virus sharing, akses pada vaksin dan manfaat lainnya.
PEDULI KESEHATAN ANAK. Beliau juga sangat concern pada kesehatan anak. Ketika Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon berinisiatif mengembangkan Scaling Up Nutrition (SUN) yaitu akselerasi perbaikan gizi, Bu Endang menerapkan program 1000 hari pertama kehidupan bagi negeri yang dicanangkan pada Hari Gizi dan Makanan  25 Januari 2012 lalu. Mungkin diantara program beliau yang belum tercapai namun sangat ingin dicapai adalah Pengesahan RPP Tembakau. Di tengah perdebatan RPP Tembakau, beliau tetap gigih melakukan sosialisasi Undang-undang Kesehatan dan RPP Tembakau. “RPP adalah untuk melindungi perempuan, ibu hamil, dan anak-anak dari dampak negatif rokok, bukan untuk melarang menaanam tembakau” geram Bu Endang saat itu. Beliau pun menegaskan bahwa petani tembakau sama sekali tidak akan dirugikan dan tidak akan terancam secara perekonomian dengan disahkannya RPP Tembakau. Meski belum tuntas, perjuangan beliau untuk pengendalian tembakau di negeri ini patut diacungi dua jempol.
Perjuangan Bu Endang untuk kesehatan masyarakat sebagai menteri diakhirinya pada 26 April 2012 dengan mengajukan pengunduran diri secara lisan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat presiden dan ibu negara membezuk beliau di RSCM. Pengunduran diri tersebut seiring dengan semakin menurunnya kondisi kesehatan beliau akibat Kanker Paru yang terdeteksi sejak Oktober 2010.
Seakan menegaskan pengunduran diri tersebut, beliau dipanggil ke pangkuan Illahi pada pukul 11.41 WIB tanggal 2 Mei 2012. Bu Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih yang gigih dan bersahaja telah berpulang. Jasa dan pengabdian beliau tak akan pudar di hati bangsa. Ada generasi-generasi cerdas yang siap meneruskan harapan dan cita-cita mulia beliau, merekalah generasi pelajar dan mahasiswa saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar