By : ISMKMI
Menteri Kesehatan Republik Indonesia non aktif dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, DR.PH lahir 57 tahun lalu di Jakarta pada 1 Februari
1955. Beliau memperoleh gelar sarjana pada tahun 1979 adalah lulusan
dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Selepas bergelar dokter,
Bu Endang melanjutkan pendidikan dengan spesialisasi Kesehatan
Masyarakat pada Harvard School of Public Health di Boston Amerika
Serikat dan lulus tahun 1992. Program doktor pun dambil dari kampus dan
bidang yang sama sehingga meraih gelar Dr.PH pada tahun 1997.
Karir beliau diawali dengan menjadi dokter di Rumah Sakit Pertamina
Jakarta pada tahun 1979 – 1980. Tiga tahun berikutnya, 1980-1983 Bu
Endang mengabdikan diri sebagai Kepala Puskesmas di desa terpencil
Waipare, Nusa Tenggara Timur. ”Waktu itu belum ada listrik, tapi karena
suka baca tetap membaca buku dalam keadaan gelap, sampai mata pedas,”
kata Bu Endang saat mengadakan kunjungan ke Waipare setelah menjadi
menteri. Semasa di Waipare, beliau juga seringkali tidak dibayar dengan
uang, tapi dengan hasil bumi, ikan, telur atau ayam. “Jadi kami tidak
pernah kekurangan makan,” kata beliau di hadapan mantan mitra kerjanya
semasa bekerja di puskesmas dan penduduk sekitar puskesmas saat
kunjungan itu.
Masa-masa di Waipare bagi Bu Endang bukanlah masa yang mudah. Beliau
harus menjangkau desa-desa di wilayah kerja puskesmas yang jaraknya
jauh. Kehidupan sulit pun dijalaninya. “Saya sedang punya bayi. Air
sulit sekali, jadi kami minum dari tampungan air hujan. Bahkan pernah
juga minum air dari gedebong pisang, rasanya sepat,” kata ibu dari tiga
anak itu. Namun orang-orang kampung Waipare yang baik-baik membuatnya
tinggal di wilayah tersebut selama tiga tahun bertugas. “Walaupun saya
sudah jadi menteri dan sekarang tinggal jauh dari sini tapi saya masih
orang Sikka, hati saya tetap ada di Sikka,” katanya. Beliaupun dianggap
sebagai Putri Sikka kelahiran Jawa oleh masyarakat Waipare.
Tahun 1983, Bu Endang kembali ke Jakarta untuk ditempatkan sebagai
pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI. Tugas tersebut berlangsung 14
tahun diantara kantor, puskesmas, rumah sakit, pasien dan buku. Bu
Endang memang penggemar membaca buku. Diantara bekerja di Dinas
Kesehatan DKI inilah beliau terbang ke negeri Paman Sam untuk
melanjutkan program Magister dan sekaligus menuntaskan program doktoral.
Selesai mendapat gelar Dr.PH, pada tahun 1997, beliau bergabung
dengan Badan Nasional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Badan
Litbangkes) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Beliau bekerja
sebagai peneliti di Pusat Penelitian Pengendalian dan Pengembangan
Program Penyakit , NIHRD untuk lebih dari satu dekade. Beliau pun
berkarir di luar Indonesia dengan menjabat sebagai penasihat teknis pada
Departemen Penyebaran Penyakit dan Respons di kantor pusar WHO di
Geneva, Swiss, tahun 1997-2006.
Sekembalinya ke Indonesia, beliau berkarir di Kementerian Kesehatan
dan dipercaya sebagai Koordinator Riset Avian Influensa. Karirnya di
bidang penelitian sempat cemerlang setelah ditunjuk mantan Menkes Bu
Siti Fadilah Supari menjadi Kepala Puslitbang Biomedis dan Farmasi pada
26 Januari 2007 setelah sebelumnya hanya menjadi Peneliti Madya. Tapi
oleh Ibu Siti Fadilah Supari juga, jabatannya sebagai Kepala Puslitbang
Biomedis dan Farmasi dicopot dan ia turun lagi menjadi peneliti Madya
pada 24 Juli 2008. Namun akhirnya naik lagi menjadi Peneliti Utama pada
Puslitbang Biro Medis dan Farmasi pada 1 Agustus 2008.
Pada 22 Oktober 2009, secara mengagetkan publik, beliau diangkat
sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia oleh Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono dan bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu jilid
Dua. Tidak hanya mengagetkan karena nama beliau muncul kurang dari 24
jam sebelum pengumuman kabinet tapi juga beliau hanya seorang Peneliti
Utama di Kemenkes yang kemudian ditunjuk sebagai menjadi Menteri
Kesehatan menggantikan mantan bosnya Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp. JP
(K).
Namun dokter yang ahli di bidang kesehatan masyarakat ini mampu
menunjukkan ke publik bahwa beliau brilian sebagai seorang Menteri
Kesahatan. Semasa jabatan yang hanya dalam hitungan singkat yaitu 2,5
tahun, beliau sudah mempunyai banyak karya.
Berikut beberapa karya brilian Bu Endang selama menjadi Menteri Kesehatan, seperti dikutip dari berbagai sumber :
JAMPERSAL. Pada masa jabatannya Bu Endang telah berhasil
memberlakukan Jampersal (jaminan persalinan) yang membuat ibu melahirkan
dari keluarga tak mampu bisa bersalin gratis dengan imbalan mau ikut
KB.
PP ASI EKSKLUSIF. Bu Endang mewajibkan pemberian Air Susu Ibu (ASI)
eksklusif yang dikuatkan dalam Peraturan Pemerintah, melarang iklan dan
tenaga medis menyebarkan pemberian susu formula, mewajibkan perkantoran
untuk membuat ruang menyusui.
FOKUS FLU BURUNG. Wabah flu burung memang tidak dapat di prediksi di
Indonesia, terkadang surut atau malah sebaliknya. Karenanya saat masih
menjabat sebagai Menkes, beliau fokus pada masalah penyakit flu burung
yang sewaktu-waktu bisa mewabah lagi di Indonesia.Tenaga medis baik di
rumah sakit, bandara maupun pelabuhan dilatih untuk bisa menangani kasus
flu burung. Rumah sakit utama di daerah kini juga sudah memiliki ruang
isolasi flu burung.
PENCAPAIAN MDG’s. Tak hanya itu, Bu Endang Rahayu Sedyaningsih juga
tetap concern terhadap penyakit dasar seperti Demam Berdarah Dengue
(DBD), Malaria, kaki gajah, agar Indonesia bisa mencapai target MDG’s.
Begitu juga dengan penyakit HIV AIDS dan penyakit-penyakit tidak menular
seperti kanker atau penyakit langka Guillain barre syndrome (GBS)
mendapat bantuan untuk pengobatan gratis atau dengan subsidi. Beliau
juga telah membangun rumah sakit pertama yang khusus melayani pasien
yang kurang mampu dan meningkatkan kesehatan masyarakat untuk
mempercepat pencapaian target tujuan pembangunan millennium (MDGs).
RESOLUSI VIRUS. Di forum internasional, Bu Endang berhasil membuat
angota WHO menyepakati resolusi virus sharing yang diperjuangkan
Indonesia sejak 2007. Dalam sidang WHO yang berlangsung 16 Mei 2011 itu,
negara-negara anggota WHO telah menetapkan kerangka kerjasama
multilateral dalam mekanisme virus sharing, akses pada vaksin dan
manfaat lainnya.
PEDULI KESEHATAN ANAK. Beliau juga sangat concern pada kesehatan
anak. Ketika Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon berinisiatif
mengembangkan Scaling Up Nutrition (SUN) yaitu akselerasi
perbaikan gizi, Bu Endang menerapkan program 1000 hari pertama kehidupan
bagi negeri yang dicanangkan pada Hari Gizi dan Makanan 25 Januari
2012 lalu. Mungkin diantara program beliau yang belum tercapai namun
sangat ingin dicapai adalah Pengesahan RPP Tembakau. Di tengah
perdebatan RPP Tembakau, beliau tetap gigih melakukan sosialisasi
Undang-undang Kesehatan dan RPP Tembakau. “RPP adalah untuk melindungi
perempuan, ibu hamil, dan anak-anak dari dampak negatif rokok, bukan
untuk melarang menaanam tembakau” geram Bu Endang saat itu. Beliau pun
menegaskan bahwa petani tembakau sama sekali tidak akan dirugikan dan
tidak akan terancam secara perekonomian dengan disahkannya RPP Tembakau.
Meski belum tuntas, perjuangan beliau untuk pengendalian tembakau di
negeri ini patut diacungi dua jempol.
Perjuangan Bu Endang untuk kesehatan masyarakat sebagai menteri
diakhirinya pada 26 April 2012 dengan mengajukan pengunduran diri secara
lisan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat presiden dan ibu
negara membezuk beliau di RSCM. Pengunduran diri tersebut seiring dengan
semakin menurunnya kondisi kesehatan beliau akibat Kanker Paru yang
terdeteksi sejak Oktober 2010.
Seakan menegaskan pengunduran diri tersebut, beliau dipanggil ke
pangkuan Illahi pada pukul 11.41 WIB tanggal 2 Mei 2012. Bu Menkes
Endang Rahayu Sedyaningsih yang gigih dan bersahaja telah berpulang.
Jasa dan pengabdian beliau tak akan pudar di hati bangsa. Ada
generasi-generasi cerdas yang siap meneruskan harapan dan cita-cita
mulia beliau, merekalah generasi pelajar dan mahasiswa saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar