Takikardia disebabkan oleh properti pemacuan jantung yang abnormal baik pada jaringan pacu jantung khusus atau jaringan jantung biasa yang kemudian berubah menjadi bersifat sel pacu jantung sebagai konsekuensi dari penyakit. Sebagai contoh adalah takikardia ektopik yang timbul pada anak- anak dengan penyakit jantung kongenital atau VT yang mengkomplikasi iskemia miokard akut.
Klasifikasi takikardia
1. Supraventrikel
- Terpicu : takikardia atrium ektopik/ AF fokal
- Re- entri : AF/ Takikardia atrium re- entri makro
- Takikardia re-entri : A-V
- Takikardia re-entri nodus : A-V
2. Ventrikel
- Terpicu : VT kiri idiopatik/ takikardia alur keluar ventrikel kanan/ aktivitas ektopik ventrikel/ torsades de pointes
- Re-entri mikro : takikardia fasikular
- Re- entri makro : VT (monomorfik atau polimorfik/ fibrilasi ventrikel)
Sinus takikardia merupakan respon fisiologis terhadap latihan atau stres namun automatisitas abnormal, baik dari SN atau fokus ektopik di atrium maupun ventrikel, atau mekanisme eksitasi re-entri dapat menyebabkan takikardia nonfisiologis.
Sinus takikardia merupakan irama sinus yang lebih cepat dari 100 kali permenit. Keadaaan ini biasanya ditemukan pada bayi dan anak kecil dan takikardia sinus juga ditemukan pada stress fisiologis maupun patologis seperti kegiatan fisik (olahraga), demam, hipertiroidisme, anemia, infeksi, sepsis, hipovolemia, penyakit paru kronik. Obat-obatan seperti atropin, katekolamin, kafein, hormon tiroid juga menimbulkan sinus takikardia.
Sinus takikardia juga disebabkan karena gagal jantung, tetapi ditujukan pada kelainan dasarnya. Pemberian digitalis hanya diberikan pada gagal jantung sedangkan pada hipertiroidisme diberikan penghambat beta (beta blocker-Propanolol).
Terapi :
1. Terapi obat antiaritmia
2. Teknik ablasi kateter
3. Implantasi alat untuk takikardia
Atrial Fibrilation (Fibrilasi Atrium)
AF dapat merupakan konsekuensi penyakit elektrik primer atrium, sekunder karena penyakit jantung struktural yang menyebabkan atriopati atau komplikasi dari kondisi sistemik atau hipertiroidisme. AF diklasifikasikan menjadi :
- Paroksisimal (spontan kembali ke irama sinus)
- Persisten (irama sinus didapat dengan intervensi)
- Permanen (irama sinus tidak dapat dicapai bahkan dengan intervensi)
- Fokus pemicu (idiopatik)
- Miopati atrium
- Tekanan atrium atau kelebihan beban dan volume karena penyakit jantung struktural.
Pengobatan tergantung pada cepatnya denyut jantung, penyebab dan keadaan pasien. Bila denyut jantung cepat sekali, lebih dari 150 per menit dan pasien dalam keadaan syock, mungkin perlu segara dilakukan kardioversi dengan direct current counter shock (DC shock). Bila denyut jantung cepat sekali dan pasien dengan gagal jantung dapat diberikan digoksin secara bersama-sama dengan pemberian furosemid dan amidaron secara intravena.
Bila denyut jantung tidak terlalu cepat dapat diberikan digoksin secara oral untuk mengontrol denyut jantung. Kadang-kadang perlu diberikan bersama penyekat beta misalnya pada tirotoksikosis atau dapat diberikan verapamil kalau ada kontraindikasi pemberian penyekat beta.
Untuk mengkonversi fibrilasi menjadi irama sinus dapat diberikan amiodaron secara intravena, rhythmonom propafenon per oral atau disopiramid secara oral. Akhir- akhir ini ada obat baru yang lebih efektif untuk konversi fibrilasi atrial seperti dofetilid dan ibutilid.
Ekstrasistol Supraventrikular
Setiap bagian jantung dapat berdepolarisasi lebih awal daripada seharusnya, dan denyut jantung yang menyertainya disebut ekstrasistol. Istilah 'ektopik' kadang- kadang digunakan untuk menunjukkan bahwa depolarisasi berasal dari lokasi yang abnormal, begitu pula dengan istilah 'kontraksi prematur'.
Gambaran ekstrasistol yang muncul, baik dari otot atrium, daerah sambungan atau nodus, maupun otot ventrikel sama seperti gambaran EKG denyut lolos- perbedaannya adalah ekstrasistol muncul awal sedangkan denyut lolos muncul pada akhir.
Ekstrasistol ventrikular mempunyai kompleks QRS yang abnormal, yang khas lebar tetapi dapat muncul hampir dalam segala bentuk. Ekstrasistol ventrikular lazim terjadi dan biasanya tidak penting. Namun, bila terjadi di gelombang T pada denyut sebelumnya, ekstrasistol ventrikular dapat merangsang terjadinya fibrilasi ventrikel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar