“Angka
Kelahiran Non Yahudi harus ditekan sekecil mungkin” (Zohar II 4B)
Selain
Taurat dan Talmud, kitab lain yang sama pentingnya bagi Yahudi adalah Zohar.
Menurut para rabbi Yahudi (ingat menurut versi para rabbi), kitab ini merupakan
Mishnah ketika Nabi Musa berada di gunung Sinai. Beliau tidak mendiktekannya
kepada Joshua (Jusa’ bin Nuh) atau kepada tetua Bani Israel tetapi kepada Nabi
Harun secara langsung. Lalu Nabi Harun mendiktekannya kepada Eliyazar sehingga
ajaran-ajaran lisan ini dikitabkan dan dinamakan Zohar yang berarti Cahaya.
Kitab ini juga menjelaskan dan komentar terhadap Taurat.
Namun
pada gilirannya, kitab Zohar dipenuhi dengan ayat-ayat yang bersifat rahasia
dan amsal. Ayat-ayat itu pun hanya dapat dipahami melalui Kitab Yetzerah,
semacam kitab terjamah bagi penafsiran Zohar. Beberapa abad sesudah Masehi, di
Eropa muncul kitab ajaran Kabbalah baru bernama Sefer Bahir, Kitab Cahaya.
Ketiga kitab itu semuanyan diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa. Kitab-kitab itu
memuat ajaran sangat suci bagi sekte kultus sesat, penyembahan kepada Iblis,
dam menjadi buku pegangan gereja-gereja Iblis di seluruh dunia.
Salah
satu manifesto kaum Zionis yang terekam dalam Zohar adalah bagaimana menekan
laju populasi bangsa Non Yahudi hingga pada titik terendah. Caranya bisa
bermacam-macam, dari mulai dengan cara kasar seperti pembunuhan sampai cara
halus layaknya penipuan seperti terekam dalam ayat lainnya.
“Orang-orang
Yahudi harus selalu berusaha untuk menipudaya orang-orang non-Yahudi.” (Zohar I, 168a)
Keluarga
Berencana selama ini dijadikan market Presiden Kedua Republik Indonesia,
Soeharto, demi perataan antara populasi penduduk dengan cadangan keuangan
Negara. Rupanya menurut The Smilling General, banyaknya anak adalah
keladi bangsa besar ini menjadi miskin. Maka tahun 1970-an ia meneken Keputusan
Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan untuk mengelola program
KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Sejatinya,
Indonesia hanyalah satu dari circle yang digulirkan Zionis untuk menekan laju
penduduk bumi. Di China mereka menjalankan Program Kebijakan Satu Anak atau
jìhuà shēngyù zhèngcè. Lain lagi dengan negeri samba, disana orang-orang
menyebut KB dengan Planejamento Familiar. Di India dijalankan kebijakan National
Population Policy. Negeri beruang merah Uni Sovyet ada program perencanaan
kependudukan yang mereka namakan Kontrolya V Oblasti Planirovaniya Sem’i
Naseleniya.
Lalu
siapakah Tokoh Yahudi modern yang ‘berjasa’ atas ini semua? Namanya memang
tidak setenar Darwin, tapi gagasan Evolusionis tokoh Atheis itu merujuk
padanya. Iya, dia pria itu bernama Thomas Robert Malthus (1766-1834)
Thomas
Malthus, sejatinya adalah seorang pakar demografi Inggris sekaligus ekonom
politk yang paling terkenal karena pandangannya yang pesimistik namun sangat
berpengaruh tentang pertambahan penduduk.
Thomas Malthus, aktor yahudi di belakang ide awal KB
Bagi
Malthus, pertumbuhan sumber daya manusia tidak simetris dengan potensi sumber
daya alam. Dalam An Essay on the Principle of Population (Sebuah Esai
tentang Prinsip mengenai Kependudukan), yang pertama kali diterbitkan pada
1798, Malthus membuat ramalan yang terkenal bahwa jumlah populasi akan
mengalahkan pasokan makanan, yang menyebabkan berkurangnya jumlah makanan per
orang. Pada titik inilah kekacauan akan terjadi. Dan apa yang diramalkan Darwin
dengan nama Survival for the fittest akan menjadi keniscayaan.
Rupanya
tesis Malthus juga tidak orisinal. Pandangan-pandangan Malthus umumnya
dikembangkan sebagai reaksi terhadap pandangan-pandangan yang optimistik dari
ayahnya dan rekan-rekannya, terutama J.J Rousseau. Ya tokoh pendidikan anak,
yang justru membuang lima anak haramnya ke rumah sakit pungut itu.
Anehnya
solusi yang ditawarkan Malthus untuk meredakan kemelut itu seakan menyelisihi
Islam, yakni apa yang ia sebut sebagai preventive checks atau penundaan
perkawinan. Ide Malthus itu kini dikampanyekan oleh salah satu lembaga KB di
Indonesia dengan pemeran salah seorang artis ternama.
Pada
gilirannya, ide Malthus yang masih sederhana dibuat menjadi praktis oleh
kalangan Barat. Maka, muncullah kondom dari Maria Stopes (1880-1950). Alih-alih
alat ini digunakan sebagai bagian dari kontrasepsi, namun pada gilirannya mereka
justru mengkampanyekan seks bebas. Persis seperti penggiat HIV/AIDS era akhir
zaman seperti sekarang. Bukan mengatasi akar masalahnya, namun hanya menambah
masalah.Bahkan di Inggris pada tahun 2010, Maria Stopes Organization
membuat sebuah layanan iklan untuk mengkampanyekan Aborsi.
"Penelitian
menunjukan bahwa 42 persen orang usia dewasa masih belum mengetahui kemana
mereka harus pergi untuk menyelesaikan masalah 'kehamilan yang tidak
diinginkan' ini, meskipun dari hasil penelitian mengungkapkan bahwa satu dari
tiga wanita di Inggris telah melakukan aborsi satu kali seumur hidup
mereka,'" ungkap Judy Douglas dari Maria Stopes kepada Sky News Online.
Iklan
ini jelas memancing perdebatan karena ada sebagian pihak di Ingrris yang tidak
menyetujui mengenai penayangan iklan ini salah satunya adalah salah satu LSM
anti aborsi seperti Pro Life.
Islam
sebagai agama mulia sepanjang zaman telah mengatur persoalan ini. Bahwa
banyaknhya anak bukanlah petanda kemiskinan seperti yang digembar-gemborkan
Malthus dan kronco Yahudinya di PBB.
Oleh
karenanya, yang menjadikan sebagian manusia mengalami kemiskinan atau krisis
pangan tidak lain adalah tangan-tangan tipu daya yang dimainkan kaum kapitalis,
seperti terjadi di Somalia baru-baru ini.
Allah
SWT berfirman, “Dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan
Allah yang memberi rizkinya.” (QS 11 : 6). Maka itu tak heran Aa Gym pernah
berkata, “Kenapa kita takut akan rezeki Allah, gajah aja gak sekolah
gemuk-gemuk. Plankton yang hidup didasar laut saja diberi rezeki, bagaimana
dengan kita sebagai makhluk hidup yang mulia?”
Jadi
buat apa wanita muslim takut memiliki banyak anak? Bukankah Rasulullah pernah
bersabda, “Nikahilah perempuan yang penyayang dan dapat mempunyai anak
banyak karena sesungguhnya aku akan berbangga dengan sebab banyaknya kamu
dihadapan para Nabi nanti pada hari kiamat” [Shahih Riwayat Ahmad, Ibnu
Hibban dan Sa’id bin Manshur dari jalan Anas bin Malik]. Jadi, ayo para ibu
muslim, cetak generasi bertauhid sebanyak-banyaknya! Allahua'lam. (pz/habis)
Sumber : www.eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar